Dampak dari sebuah nasehat baik bagi seseorang, sangat ditentukan oleh keiklasanya untuk segera mempergunakanya dalam tindakan yang meperbaiki kehidupan.
Orang yang hidupnya tidak mudah, sering hanya mau mengerjakan yang mudah-mudah saja..
Itu sebabnya dia sering berseru “ Ah..teori,, Ngomong gampang, yang susah jalanin ini semua..!!”
Padahal tingkat kehidupan ditentukan oleh kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan.
Maka,
Inginkanlah yang mudah, tapi pastikanlah Anda anda mampu untuk bekerja melampaui kesulitan.
Tuhan mendampingi orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh..
By Jikengkodiksu
Engkau yang cintanya tak berbalas, ku dengar senandung lirihmu…
Aku melihatmu berjalan dengan dia yang bukan aku, bertaut jeari dengan senyum dan tawa kecil yang menyayat hatiku..
Aku berharap itu aku… yang bergetar hatinya karena sentuhan jemarimu yang anggun..
Ohh.. betapa aku berharap itu terjadi.
Aku melihatnya bergelayut manja dan bersender lembut ketubuhmu yang damai dan wangi..
Aku berharap itu aku… yang luruh hatinya dalam sayahdu karena menghirup udara beraroma kesurgaan yang mengitarimu…
Ooh.. betapa aku berharap itu terjadi..
Aku melihatmu merapikan rambutnya.. sambil membisikan rencana kehidupan penyatuan jiwamu denganya…
Aku berharap itu aku…, yang mengenang matanya dengan air mata haru, karena keindahan dari janji pernikahan yang jujur dan setia..
Ohh… betapa aku berharap itu terjadi..
Tuhan Yang Maha Lembut,..
Temukanlah aku dengan belahan jiwaku, yang mengobati pedihnya cinta yang terabaikan ini, yang mengisi palung kehidupanku yang dalam dan kosong karena kesendirian yang sunyi ini..
Aku berharap itu ak…,
Yang berbahagia dalam pernikahan yang memanjakanku dalam kemesraan dan kesetiaan..
Wahai Yang Maha Cinta…. Aku berharap itu terjadi….
By jikengkodiksu
Rabu, 11 Januari 2012
Jumat, 03 Desember 2010
IKLAS ITU INDAH KO.............
Hujan rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang pemuda telah selesai menunaikan sholat dzuhur berjamaah di masjid. Pandangannya menyapu ke arah halaman masjid, tidak jauh darinya ada seorang perempuan tua yang duduk ditengah lapangan menarik perhatiannya. Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta tolong, ingin tasnya diambilkan.
Merasa terpanggil pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil, terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Nampak keringat bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan tas kecil. Terlintas didalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Namun diluar didugaannya, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut, sepintas seperti marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. ‘Apa dosaku ya?’ ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa tercampur aduk.
Berkali-kali pemuda istighfar, siang itu dirinya menemukan pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena Allah. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Siang itu dihalaman masjid, pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah.
so.. iklas itu indah,, asal kamu iklas kamu akan menemukan keindahan yang jauh lebih indah lagi nantinya, karena ini hanya ujian yang akan membawamu ke suatu hal yang lebih baik dari apa yang kamu dapatkan hari ini, kemarin dan dulu... yakinlah suatu hari nanti keiklasanmu akan membawamu kesuatu hal yang indah... ujian hanya ada di awal.. selanjutnya adalah hikmah...
Merasa terpanggil pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil, terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Nampak keringat bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan tas kecil. Terlintas didalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Namun diluar didugaannya, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut, sepintas seperti marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. ‘Apa dosaku ya?’ ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa tercampur aduk.
Berkali-kali pemuda istighfar, siang itu dirinya menemukan pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena Allah. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Siang itu dihalaman masjid, pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah.
so.. iklas itu indah,, asal kamu iklas kamu akan menemukan keindahan yang jauh lebih indah lagi nantinya, karena ini hanya ujian yang akan membawamu ke suatu hal yang lebih baik dari apa yang kamu dapatkan hari ini, kemarin dan dulu... yakinlah suatu hari nanti keiklasanmu akan membawamu kesuatu hal yang indah... ujian hanya ada di awal.. selanjutnya adalah hikmah...
CERITA HATI UNTUK SAUDARA2KU
Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Lihatlah teman….bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?Terkadang aku melihat dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jika sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak mampu membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman ikhlas dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita??? Teman,,, andai kita punya waktu untuk memperhatikan kehidupan mereka yang begitu sederhana. Maka kita akan menemukan kehidupan yang begitu indah. Di sana kita sadar betapa lebih beruntungnya kita…. Teman… tidak ada salahnya sesekali kita berjalan kaki sendirian di tengah keramaian sambil memperhatikan lingkungan kita. Cobalah luangkan waktu sedikit saja untuk itu. Sekali lagi, jika tak dapat memberi pada mereka, paling tidak kita bisa sadar dan lebih memahami lagi hidup kita.Aku bangga pada mereka. Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi, mereka tetap menanti datangnya mentari pagi. Mereka bilang kalau mereka percaya bahwa selama mereka masih hidup, maka rezeki dari Allah akan tetap ada untuk mereka,rezeki akan tetap ada selama mereka masih percaya dan mau berusaha serta berdo’a.Mereka dengan kesederhaannya selalu bahagia dan bersyukur ketika mendapatkan sejumlah uang. Jika orang kaya yang menerima uang sejumlah itu, mungkin mereka menganggap uang itu tak berarti apa-apa. Tapi mereka tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca ketika mendapatkannya. Mengapa harus ada perbedaan seperti itu? Jika si miskin datang ke rumah si kaya, sangat jarang atau bahkan tak akan ada sambutan hangat bagi mereka. Tapi, ketika si kaya yang datang ke rumah si miskin, maka si miskin terlihat begitu menghargai. Seolah mereka didatangi oleh tamu agung di rumahnya. Sekali lagi, mengapa harus ada perbedaan seperti itu?Jika suatu ketika si miskin dengan pakaiannya yang tampak lusuh dan kotor terjatuh, maka si kaya tak akan menghiraukan karena mungkin bagi mereka tidak akan menimbulkan manfaat apa-apa bagi dirinya. Yang ada paling hanya akan mengotori pakaiannya, mungkin itulah yang ada di fikirannya. Tapi, si miskin masih tetap berbeda dengan si kaya. Ketika keadaan berbalik, maka si miskin akan tetap membantu. Si miskin begitu penghiba. Hati mereka begitu lembut, sehingga tak mampu membiarkan orang lain dalam kesusahan karena mereka tahu bagaimana rasanya kesusahan itu. Ya Rabb….saudara-saudaraku itu mungkin di dunia tidak seberuntung yang lainnya. Mereka tidak dapat memiliki apa-apa yang mereka impikan. Tapi semoga mereka tetap bahagia dan penuh rasa syukur pada_Mu Rabb..Ya Rabb…. Sayangi saudara-saudaraku itu. Jangan biarkan mereka jauh dari_Mu. Ingatkan mereka selalu bahwa ada Engkau yang tetap menyayangi dan menjaga mereka. Dan berikanlah selalu semangat bagi mereka.Ya Rabb… Berikan hati yang lembut pada mereka. Jangan biarkan kerasnya perlakuan yang mereka dapat menjadikan hati mereka ikut keras. Tapi jadikan kekerasan yang mereka terima itu sebagai bahan untuk lebih membuat hati mereka jernih melihat segala sesuatu. Ya Rabb…Jangan biarkan rasa rendah diri melekat pada diri mereka akibat cemooh yang mereka terima. Tapi biarkan rasa rendah hati bersemayam pada diri mereka. Jagalah mereka agar tetap yakin akan kuasa_Mu dan agar mereka tetap beribadah kepada_Mu sehingga mereka dapat bertemu dengan kebahagiaan yang hakiki bersama_Mu.Mungkin benar bahwa aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya seorang anak yang bahkan sampai saat ini masih bergantung pada orang tuaku. Lalu apa yang dapat aku lakukan??? Ya…kalian boleh mengatakan bahwa aku tak bisa apa-apa. Tapi mereka tetap saudaraku. Dan sekarang, aku hanya bisa berdo’a untuk mereka semua, di manapun mereka berada. Meski tak tahu apa-apa tentang mereka, yang jelas, satu hal yang sangat aku tahu bahwa MEREKA ADALAH SAUDARAKU……Maaf jika terlintas pemikiran bahwa tampaknya aku terlihat lebih berpihak pada si miskin. Tapi, jujur, bagaimana pun juga aku memang lebih menyayangi si miskin. Namun, bukan berarti pula aku membenci si kaya karena aku juga tahu bahwa Allah tidak pernah membenci seseorang karena dia kaya atau miskin. Hanya saja, tulisan ini ku buat ketika aku melihat apa yang ku ceritakan saat ini. Dan bukan berarti hal ini harus terjadi selamanya. Yang jelas, aku sangat berharap, kaya atau miskinkah, yang terpenting adalah bagaimana kita menghargai amanah yang diberikan kepada kita…MAAf jika aku terlihat sok tahu. Bukan maksud mengurui karena aku sadar bahwa tak pantas diri ini menjadi seorang guru. Jika menemukan kebenaran, maka ambillah. Tuhan selalu menginginkan hamba Nya memperoleh kebenaran karena kebenaran itu niscaya hanya dari Nya. Tapi, jika hanya ada kesalahan dan keburukan dari tiap untaian kata, mungkin itu karena si penulis ini yang tak mengerti apa-apa atau masih terlalu bodoh memaknai kehidupan…
Minggu, 03 Oktober 2010
LILIN VS BINTANG (motivation history)
Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin. Lilin itu berkata, " Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah, tapi jika tidak beruntung aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas." Sambil tersenyum sang bintang pun menjawab, "Aku memang bersinar di langit yang luas, namun sinarku hanya akan tampak di malam hari, sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan,"
Seperti lilin, Kita seringkali mengeluhkan kondisi yang kita alami. Sebagai karyawan, kadang kita merasa tidak seberuntung rekan kerja yang lain. Kita merasa bahwa beban perkejaan lebih menumpuk, atau mendapat ruangan yang tidak senyaman mereka, kemudian kita membandingkan diri dan berkata, " Andai saja aku bisa memilih... "
Jangan pernah mengeluh, Tuhan mau kita saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Dan semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam Rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat.
" Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang."
( Ibrani 6 : 10 )
Seperti lilin, Kita seringkali mengeluhkan kondisi yang kita alami. Sebagai karyawan, kadang kita merasa tidak seberuntung rekan kerja yang lain. Kita merasa bahwa beban perkejaan lebih menumpuk, atau mendapat ruangan yang tidak senyaman mereka, kemudian kita membandingkan diri dan berkata, " Andai saja aku bisa memilih... "
Jangan pernah mengeluh, Tuhan mau kita saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Dan semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam Rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat.
" Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang."
( Ibrani 6 : 10 )
Kreatif KErja??? Bisa..!!!
Kerja Kreatif, Siapa Bisa?
Kerja Kreatif, Siapa Bisa?
"Siapakah yang perlu bekerja secara kreatif?" tanya saya kepada
sejumlah kawan.
"Pekerja di bidang periklanan dan kesenian tentunya," jawab Didi
yang pengusaha.
"Entreperneur justru yang harus kreatif karena mampu melihat peluang
dalam masalah-masalah yang muncul di masyarakat, dan kemudian mampu
menciptakan nekaragam produk dan jasa untuk mengatasi masalah dan
meraih keuntungan," ujar Elly yang dosen perguruan tinggi.
"Semua orang yang bekerja dilapangan," jawab Wawan yang tentara.
"Kerja keras pasti ada batasnya, tapi kerja kreatif justru menembus
batas-batas yang sudah ada. Jadi orang yang sudah bosan bekerja
keras, harus menjadi kreatif," urai Agung yang pegawai.
***
Di sekolah kehidupan kita semua adalah mahluk pekerja. Sebab dalam
artinya yang luas, makna kata "kerja" dan "pekerjaan" menunjuk ke
hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau karya-karya
manusia itu (mesin/alat/teknologi). Aktivitas-aktivitas itu ada yang
bertujuan untuk memperoleh nafkah lahiriah, yang kita sebut upah,
gaji, komisi, atau uang. Ada juga aktivitas yang lebih ditujukan
untuk memperoleh nafkah mental, seperti berburu ilmu pengetahuan dan
keterampilan, baik lewat institusi formal (sekolah-akademi-
universitas yang memberi gelar, bersifat akademis) atau informal
(lembaga nongelar, bersifat praktis), bahkan nonformal (pergaulan di
masyarakat). Tak sedikit pula aktivitas yang ditujukan untuk
mempererat tali silahturahmi, semacam nafkah sosial-emosional dalam
konteks kehidupan. Dan sebagian aktivitas lagi bertujuan untuk
memperoleh nafkah spiritual yang memberikan kecerahan hati,
kedamaian batin, dan ketentraman yang fundamental dalam menghadapi
badai-badai kehidupan.
Meski semua manusia adalah mahluk pekerja, namun para ahli perilaku
organisasi sering membeda-bedakan jenis pekerjaan—dalam arti karier
yang menafkahi kehidupan pekerjanya—menjadi lima kelompok besar.
Pertama, pekerjaan fungsional yang terfokus pada keahlian teknis di
bidang-bidang khusus. Inilah yang dilakukan oleh ahli mekanik,
desain grafis, pustakawan, teknisi, operator, dan sebagainya. Kedua,
pekerjaan manajerial yang terfokus pada proses analisis informasi
dan pengelolaan neka ragam sumberdaya, termasuk memimpin manusia.
Pekerja di bidang manajerial ini disebut manajer, pimpinan, atau
eksekutif. Ketiga, pekerjaan entrepreneur yang terfokus pada upaya
menghasilkan produk/jasa baru dan/atau membangun organisasi usaha
(perusahaan) yang bertujuan mencetak laba bagi pemiliknya. Kita
menyebut kaum pekerja jenis ini sebagai pedagang, wirausaha,
pengusaha, konglomerat, atau tikon, tergantung pada skala usahanya.
Keempat, pekerjaan negara yang terfokus pada tugas-tugas
administrasi birokrasi dan pertahanan keamanan seperti pegawai
negeri dan militer, dengan jenjang yang jelas dan relatif stabil
sehinga memberikan rasa aman tertentu. Dan kelima, pekerjaan mandiri
yang terfokus pada kebebasan berkarya sesuai dengan irama atau waktu
kerja masing-masing, seperti pada peneliti, seniman, penulis lepas,
konsultan, dan sebagainya.
Banyak orang berpendapat bahwa dari kelima jenis pekerjaan tersebut
di atas, pekerjaan sebagai entrepreneur adalah jenis yang paling
banyak menuntut kreativitas. Sebab entrepreneur diharapkan untuk
melakukan inovasi dengan menghasilkan hal-hal baru yang berguna bagi
masyarakat luas atau menemukan cara-cara baru yang memberikan nilai
tambah terhadap sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Lahirnya produk-
produk legendaris seperti Aqua, Teh Sosro, Es Teller 77, Jamu Tolak
Angin, Dunia Fantasi, Kota Wisata, dan sebagainya, selalu digunakan
sebagai contoh kreativitas kaum entrepreneur di Indonesia. Dengan
kata lain, entrepreneur dianggap sebagai kaum "pekerja kreatif" di
masyarakat.
Pada sisi lain, sebagian orang melekatkan predikat "pekerja kreatif"
hanya terbatas pada praktisi industri periklanan. Terutama karena
secara eksplisit, dalam industri periklanan di kenal jabatan kunci
yang diberi label "Creative Director". Selanjutnya, ada pula yang
mengaitkan konsep "pekerja kreatif" ini hanya terbatas kepada para
seniman, pemain teater, sastrawan, dan praktisi industri hiburan,
yang umumnya bekerja di luar kantor-kantor tradisional.
Jadi, apakah kerja kreatif itu hanya terbatas milik entrepreneur,
praktisi periklanan dan industri hiburan? Apakah pekerja fungsional,
pekerja manajerial, dan pekerja negara tidak perlu kreatif, cukup
mengikuti sistem dan prosedur saja?
Terus terang, dari proses pembelajaran saya di sekolah kehidupan,
saya melihat tuntutan untuk menjadi pekerja kreatif, setidaknya di
milenium ketiga ini, berlaku hampir di semua jenis pekerjaan yang
disebutkan di atas. Era kerja keras semata sudah bukan jamannya
lagi, meski sulit bagi sebagian besar orang untuk tidak bekerja
keras. Di atas kebiasaan kerja keras, perlu ditambahkan kemampuan
untuk bekerja secara cerdas, yaitu kerja kreatif.
Dalam konsep kerja keras, indikator pertama yang biasanya
dipergunakan untuk mengukur seberapa "keras" seseorang telah bekerja
adalah lamanya waktu bekerja. Misalnya, jika sebagian orang bekerja
dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam, maka ia kita sebut bekerja
keras, sebab orang kebanyakan bekerja dari jam 8/9 pagi hingga jam 5
sore saja. Atau jika orang masuk kantor di hari Sabtu, ketika kawan-
kawannya menikmati liburan akhir minggu, maka ia disebut sebagai
pekerja keras. Atau kalau ada orang yang bekerja sampai 50/60 jam
dalam seminggu, ia masuk kelompok pekerja keras karena umumnya waktu
kerja normal 40/44 jam seminggu.
Untuk mampu menjadi pekerja keras, sudah barang tentu dipersyaratkan
kondisi fisik yang prima. Orang-orang yang mudah jatuh sakit tidak
akan dikenal sebagai pekerja keras. Orang-orang yang tidak
menunjukkan disiplin dalam bekerja, juga umumnya tidak dimasukkan
dalam kategori pekerja keras. Jadi, kesehatan fisik dan disiplin
menjadi indikator kedua untuk dapat mengukur siapakah yang layak
disebut sebagai pekerja keras.
Pertanyaannya sekarang, jika pekerja keras dapat didefinisikan
dengan ukuran jumlah waktu kerja, kesehatan fisik, dan disiplin
kerja, bagaimanakah kita mengukur atau mendefinisikan "pekerja
kreatif" yang bekerja secara cerdas?
Ada orang yang menggunakan istilah "Lazy Achiever" untuk menunjuk
kepada kaum pekerja kreatif ini. Istilah ini sangat provokatif,
sebab bagaimana mungkin seorang pemalas bisa berprestasi? Namun
terlepas dari istilahnya itu, ia menawarkan konsep untuk bekerja 4-5
jam sehari dengan hasil-hasil yang sama atau bahkan lebih baik dari
orang-orang yang bekerja 9-10 jam sehari. Dengan kata lain, pekerja
kreatif adalah mereka yang bekerja dengan waktu yang lebih singkat
untuk memperoleh hasil yang sama atau lebih baik. Disamping itu,
konsep "Lazy Achiever" menunjuk kepada orang-orang yang bisa bekerja
secara mandiri atau berkolaborasi dan tidak terikat pada lokasi
kerja yang disebut kantor. Tempat kerja kaum kreatif ini bisa dimana
saja, mulai dari rumah, garasi, kafe, lobby hotel, kantin sekolah,
taman rekreasi, dan sebagainya. Dan mereka dimungkinkan untuk
bekerja dimana saja karena perlengkapan kerjanya mudah dibawa kemana-
mana (mobile working tools).
Jadi, kerja kreatif diartikan sebagai bekerja dengan waktu lebih
pendek dan fleksibel, secara mandiri atau berkolaborasi, di lokasi
kerja yang juga fleksibel, dengan hasil-hasil yang berkualitas
tinggi. Untuk itu tidak saja diperlukan fisik yang sehat dan
disiplin, tetapi dipersyaratkan penggunaan potensi kecerdasan
lainnya yang telah dikembangkan secara memadai.
Dengan pemahaman seperti di atas, muncul pandangan bahwa kerja keras
adalah fondasi yang perlu, tetapi tidak akan membawa seseorang
kepada kehidupan yang berkualitas. Kerja keras merupakan persyaratan
yang diperlukan, tetapi tidak mencukupi (necessary but not
sufficient condition) untuk menikmati kehidupan yang berkualitas dan
penuh makna. Dan kerja keras hanya menarik jika kita masih dalam
rentang usia 20-40 tahun. Setelah lewat usia 40 tahun, kita
seharusnya telah mampu bekerja secara cerdas, menjadi pekerja
kreatif, yang memberi makna pada hidup yang fana. Demikiankah?[aha]
Kerja Kreatif, Siapa Bisa?
"Siapakah yang perlu bekerja secara kreatif?" tanya saya kepada
sejumlah kawan.
"Pekerja di bidang periklanan dan kesenian tentunya," jawab Didi
yang pengusaha.
"Entreperneur justru yang harus kreatif karena mampu melihat peluang
dalam masalah-masalah yang muncul di masyarakat, dan kemudian mampu
menciptakan nekaragam produk dan jasa untuk mengatasi masalah dan
meraih keuntungan," ujar Elly yang dosen perguruan tinggi.
"Semua orang yang bekerja dilapangan," jawab Wawan yang tentara.
"Kerja keras pasti ada batasnya, tapi kerja kreatif justru menembus
batas-batas yang sudah ada. Jadi orang yang sudah bosan bekerja
keras, harus menjadi kreatif," urai Agung yang pegawai.
***
Di sekolah kehidupan kita semua adalah mahluk pekerja. Sebab dalam
artinya yang luas, makna kata "kerja" dan "pekerjaan" menunjuk ke
hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau karya-karya
manusia itu (mesin/alat/teknologi). Aktivitas-aktivitas itu ada yang
bertujuan untuk memperoleh nafkah lahiriah, yang kita sebut upah,
gaji, komisi, atau uang. Ada juga aktivitas yang lebih ditujukan
untuk memperoleh nafkah mental, seperti berburu ilmu pengetahuan dan
keterampilan, baik lewat institusi formal (sekolah-akademi-
universitas yang memberi gelar, bersifat akademis) atau informal
(lembaga nongelar, bersifat praktis), bahkan nonformal (pergaulan di
masyarakat). Tak sedikit pula aktivitas yang ditujukan untuk
mempererat tali silahturahmi, semacam nafkah sosial-emosional dalam
konteks kehidupan. Dan sebagian aktivitas lagi bertujuan untuk
memperoleh nafkah spiritual yang memberikan kecerahan hati,
kedamaian batin, dan ketentraman yang fundamental dalam menghadapi
badai-badai kehidupan.
Meski semua manusia adalah mahluk pekerja, namun para ahli perilaku
organisasi sering membeda-bedakan jenis pekerjaan—dalam arti karier
yang menafkahi kehidupan pekerjanya—menjadi lima kelompok besar.
Pertama, pekerjaan fungsional yang terfokus pada keahlian teknis di
bidang-bidang khusus. Inilah yang dilakukan oleh ahli mekanik,
desain grafis, pustakawan, teknisi, operator, dan sebagainya. Kedua,
pekerjaan manajerial yang terfokus pada proses analisis informasi
dan pengelolaan neka ragam sumberdaya, termasuk memimpin manusia.
Pekerja di bidang manajerial ini disebut manajer, pimpinan, atau
eksekutif. Ketiga, pekerjaan entrepreneur yang terfokus pada upaya
menghasilkan produk/jasa baru dan/atau membangun organisasi usaha
(perusahaan) yang bertujuan mencetak laba bagi pemiliknya. Kita
menyebut kaum pekerja jenis ini sebagai pedagang, wirausaha,
pengusaha, konglomerat, atau tikon, tergantung pada skala usahanya.
Keempat, pekerjaan negara yang terfokus pada tugas-tugas
administrasi birokrasi dan pertahanan keamanan seperti pegawai
negeri dan militer, dengan jenjang yang jelas dan relatif stabil
sehinga memberikan rasa aman tertentu. Dan kelima, pekerjaan mandiri
yang terfokus pada kebebasan berkarya sesuai dengan irama atau waktu
kerja masing-masing, seperti pada peneliti, seniman, penulis lepas,
konsultan, dan sebagainya.
Banyak orang berpendapat bahwa dari kelima jenis pekerjaan tersebut
di atas, pekerjaan sebagai entrepreneur adalah jenis yang paling
banyak menuntut kreativitas. Sebab entrepreneur diharapkan untuk
melakukan inovasi dengan menghasilkan hal-hal baru yang berguna bagi
masyarakat luas atau menemukan cara-cara baru yang memberikan nilai
tambah terhadap sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Lahirnya produk-
produk legendaris seperti Aqua, Teh Sosro, Es Teller 77, Jamu Tolak
Angin, Dunia Fantasi, Kota Wisata, dan sebagainya, selalu digunakan
sebagai contoh kreativitas kaum entrepreneur di Indonesia. Dengan
kata lain, entrepreneur dianggap sebagai kaum "pekerja kreatif" di
masyarakat.
Pada sisi lain, sebagian orang melekatkan predikat "pekerja kreatif"
hanya terbatas pada praktisi industri periklanan. Terutama karena
secara eksplisit, dalam industri periklanan di kenal jabatan kunci
yang diberi label "Creative Director". Selanjutnya, ada pula yang
mengaitkan konsep "pekerja kreatif" ini hanya terbatas kepada para
seniman, pemain teater, sastrawan, dan praktisi industri hiburan,
yang umumnya bekerja di luar kantor-kantor tradisional.
Jadi, apakah kerja kreatif itu hanya terbatas milik entrepreneur,
praktisi periklanan dan industri hiburan? Apakah pekerja fungsional,
pekerja manajerial, dan pekerja negara tidak perlu kreatif, cukup
mengikuti sistem dan prosedur saja?
Terus terang, dari proses pembelajaran saya di sekolah kehidupan,
saya melihat tuntutan untuk menjadi pekerja kreatif, setidaknya di
milenium ketiga ini, berlaku hampir di semua jenis pekerjaan yang
disebutkan di atas. Era kerja keras semata sudah bukan jamannya
lagi, meski sulit bagi sebagian besar orang untuk tidak bekerja
keras. Di atas kebiasaan kerja keras, perlu ditambahkan kemampuan
untuk bekerja secara cerdas, yaitu kerja kreatif.
Dalam konsep kerja keras, indikator pertama yang biasanya
dipergunakan untuk mengukur seberapa "keras" seseorang telah bekerja
adalah lamanya waktu bekerja. Misalnya, jika sebagian orang bekerja
dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam, maka ia kita sebut bekerja
keras, sebab orang kebanyakan bekerja dari jam 8/9 pagi hingga jam 5
sore saja. Atau jika orang masuk kantor di hari Sabtu, ketika kawan-
kawannya menikmati liburan akhir minggu, maka ia disebut sebagai
pekerja keras. Atau kalau ada orang yang bekerja sampai 50/60 jam
dalam seminggu, ia masuk kelompok pekerja keras karena umumnya waktu
kerja normal 40/44 jam seminggu.
Untuk mampu menjadi pekerja keras, sudah barang tentu dipersyaratkan
kondisi fisik yang prima. Orang-orang yang mudah jatuh sakit tidak
akan dikenal sebagai pekerja keras. Orang-orang yang tidak
menunjukkan disiplin dalam bekerja, juga umumnya tidak dimasukkan
dalam kategori pekerja keras. Jadi, kesehatan fisik dan disiplin
menjadi indikator kedua untuk dapat mengukur siapakah yang layak
disebut sebagai pekerja keras.
Pertanyaannya sekarang, jika pekerja keras dapat didefinisikan
dengan ukuran jumlah waktu kerja, kesehatan fisik, dan disiplin
kerja, bagaimanakah kita mengukur atau mendefinisikan "pekerja
kreatif" yang bekerja secara cerdas?
Ada orang yang menggunakan istilah "Lazy Achiever" untuk menunjuk
kepada kaum pekerja kreatif ini. Istilah ini sangat provokatif,
sebab bagaimana mungkin seorang pemalas bisa berprestasi? Namun
terlepas dari istilahnya itu, ia menawarkan konsep untuk bekerja 4-5
jam sehari dengan hasil-hasil yang sama atau bahkan lebih baik dari
orang-orang yang bekerja 9-10 jam sehari. Dengan kata lain, pekerja
kreatif adalah mereka yang bekerja dengan waktu yang lebih singkat
untuk memperoleh hasil yang sama atau lebih baik. Disamping itu,
konsep "Lazy Achiever" menunjuk kepada orang-orang yang bisa bekerja
secara mandiri atau berkolaborasi dan tidak terikat pada lokasi
kerja yang disebut kantor. Tempat kerja kaum kreatif ini bisa dimana
saja, mulai dari rumah, garasi, kafe, lobby hotel, kantin sekolah,
taman rekreasi, dan sebagainya. Dan mereka dimungkinkan untuk
bekerja dimana saja karena perlengkapan kerjanya mudah dibawa kemana-
mana (mobile working tools).
Jadi, kerja kreatif diartikan sebagai bekerja dengan waktu lebih
pendek dan fleksibel, secara mandiri atau berkolaborasi, di lokasi
kerja yang juga fleksibel, dengan hasil-hasil yang berkualitas
tinggi. Untuk itu tidak saja diperlukan fisik yang sehat dan
disiplin, tetapi dipersyaratkan penggunaan potensi kecerdasan
lainnya yang telah dikembangkan secara memadai.
Dengan pemahaman seperti di atas, muncul pandangan bahwa kerja keras
adalah fondasi yang perlu, tetapi tidak akan membawa seseorang
kepada kehidupan yang berkualitas. Kerja keras merupakan persyaratan
yang diperlukan, tetapi tidak mencukupi (necessary but not
sufficient condition) untuk menikmati kehidupan yang berkualitas dan
penuh makna. Dan kerja keras hanya menarik jika kita masih dalam
rentang usia 20-40 tahun. Setelah lewat usia 40 tahun, kita
seharusnya telah mampu bekerja secara cerdas, menjadi pekerja
kreatif, yang memberi makna pada hidup yang fana. Demikiankah?[aha]
Minggu, 04 April 2010
IKUTI KATA HATIMU, WALAU KADANG TAK SEPERTI YANG KAU DUGA.
Sebuah suasana yang tak bisa kita rencanakan dahulu ternyata membuat kita menjadi sebuah kelompok pemuda yang sangat berambisi untuk memperoleh apa yang kita inginkan dan kita pikirkan dalam setiap benak kita.
aku tak tahu apa yang mereka pikirkan, mungkinkah sam dengan yang aku pikirkan...
sekitar pukul 7 malam kita semua kumpul dalam suatu tanah kosong untuk memulai sebuah cerita baru dalam hidup kita.. huuuhhhh...
suasana gelap, suara burung hantu, dan dinginnya angin malam menemani perjalanan tak tuju kita ber lima...
sebenarnya kita merasa ragu untuk meneruskan langkah kita, tapi ga tau apa yang terjad, seakan kita mendapat keberanian baru untuk tetap terus meneruskan perjalanan...
dion, panggilan temenku yang sangat pemberani, dia berjalan paling depan dan sebagai penunjuk perjalanan kami...
Grrrrruuubrrrrakkk.... sebuah pohon tepat roboh di depan langkah kami... seketika si intan menjerit histeris.. AAAAAaaaaAAAAaaaaa..... "apa yang terjadi....ii..??tanyanya... dion berkata " sudahlah, kita lewati aja pohon ini, jangan da yang noleh belakang ya..", terus si alim bertanya"mang kenapa yon??, dion menjawab" aku g mau terjadi apa-apa dengan kita, jangan banyak tanya ya..!!!.
kita melangkah melwati pohon itu, aku yang pertama, trus dion, kemudian yang lainya... 2 jam kita berjalan,kaki harus di istirahatan dulu.. kita duduk di bawah pohon beringin ditepi sungai,,...
hiiii.... terdengar suara menjerit dan tertawa dari kejauhan, kemudian tangis bayi... owe..owe..owe..
huuuuhhhh...membuat kita ketakutan, intan bilang" balik ja yuk, g tahan nih,, serrreeemmm< kita urungkan ja rasa penasaran kita tentang mitos itu.. yah..yah.."
WOOOWW...WOOOWW.. SIAPA TUH??? tanyaku kesemuanya..
Ada pa ji??? tanya alim,,,,
Kalian tadi liat wanita disana ga?? di sebrang sungai...!!
Ahh lo jngan nakut-nakuti kita lah...!! kata intan.
Tiba-tiba........
(maaf g bisa saya teruskan cerita ini, karena tak sanggup lagi tangan ini mengetiknya..)) tebak sendiri apa yang terjadi.. tapi ending ceritanya kita semua pulang dengan selamat, walau selang beberapa hari diantara kita ada yang "...." !!
aku tak tahu apa yang mereka pikirkan, mungkinkah sam dengan yang aku pikirkan...
sekitar pukul 7 malam kita semua kumpul dalam suatu tanah kosong untuk memulai sebuah cerita baru dalam hidup kita.. huuuhhhh...
suasana gelap, suara burung hantu, dan dinginnya angin malam menemani perjalanan tak tuju kita ber lima...
sebenarnya kita merasa ragu untuk meneruskan langkah kita, tapi ga tau apa yang terjad, seakan kita mendapat keberanian baru untuk tetap terus meneruskan perjalanan...
dion, panggilan temenku yang sangat pemberani, dia berjalan paling depan dan sebagai penunjuk perjalanan kami...
Grrrrruuubrrrrakkk.... sebuah pohon tepat roboh di depan langkah kami... seketika si intan menjerit histeris.. AAAAAaaaaAAAAaaaaa..... "apa yang terjadi....ii..??tanyanya... dion berkata " sudahlah, kita lewati aja pohon ini, jangan da yang noleh belakang ya..", terus si alim bertanya"mang kenapa yon??, dion menjawab" aku g mau terjadi apa-apa dengan kita, jangan banyak tanya ya..!!!.
kita melangkah melwati pohon itu, aku yang pertama, trus dion, kemudian yang lainya... 2 jam kita berjalan,kaki harus di istirahatan dulu.. kita duduk di bawah pohon beringin ditepi sungai,,...
hiiii.... terdengar suara menjerit dan tertawa dari kejauhan, kemudian tangis bayi... owe..owe..owe..
huuuuhhhh...membuat kita ketakutan, intan bilang" balik ja yuk, g tahan nih,, serrreeemmm< kita urungkan ja rasa penasaran kita tentang mitos itu.. yah..yah.."
WOOOWW...WOOOWW.. SIAPA TUH??? tanyaku kesemuanya..
Ada pa ji??? tanya alim,,,,
Kalian tadi liat wanita disana ga?? di sebrang sungai...!!
Ahh lo jngan nakut-nakuti kita lah...!! kata intan.
Tiba-tiba........
(maaf g bisa saya teruskan cerita ini, karena tak sanggup lagi tangan ini mengetiknya..)) tebak sendiri apa yang terjadi.. tapi ending ceritanya kita semua pulang dengan selamat, walau selang beberapa hari diantara kita ada yang "...." !!
Sabtu, 03 April 2010
Beranjak Dewasa
Tertawa dan menertawakan itu beda...
Menunggu dan menyakiti diri sendiri itu beda...
Mencintai dan Mengharapkan kesetiaan tu beda...
jadi buat lo lo yang pernah nglakuin beberapa hal di atas, mesti berpikir ulang untuk merasih suatu kebahagiaan yang alami...
Sebenarnya aku ingin menulis banyak di blog ini, tapi belum ada kekuatan yang memastikan aku tuk menulisnya...
tapi intinya:
kebahagiaan bukan hanya dapat di ukur dari seberapa diri kita mendapat dampak positif dari kebahagiaan itu, tapi kebahagiaan dapat diukur dari seberapa besar orang yang di sekitar kita mendapat kebahagiaan itu, dan orang yang kita sayangi tersenyum dan mendapat ketenangan yang mulia, walaupun kadang kita sendiri yang kurang mendapat kebahagiaan tiu.
tapi percayalah, kebahagiaan tu selalu ada......
Menunggu dan menyakiti diri sendiri itu beda...
Mencintai dan Mengharapkan kesetiaan tu beda...
jadi buat lo lo yang pernah nglakuin beberapa hal di atas, mesti berpikir ulang untuk merasih suatu kebahagiaan yang alami...
Sebenarnya aku ingin menulis banyak di blog ini, tapi belum ada kekuatan yang memastikan aku tuk menulisnya...
tapi intinya:
kebahagiaan bukan hanya dapat di ukur dari seberapa diri kita mendapat dampak positif dari kebahagiaan itu, tapi kebahagiaan dapat diukur dari seberapa besar orang yang di sekitar kita mendapat kebahagiaan itu, dan orang yang kita sayangi tersenyum dan mendapat ketenangan yang mulia, walaupun kadang kita sendiri yang kurang mendapat kebahagiaan tiu.
tapi percayalah, kebahagiaan tu selalu ada......
Langganan:
Postingan (Atom)